Penginjilan yang Efektif

Injil berasal dari kata Yunani, εὐαγγέλιον, euangélion, yang artinya kabar baik. Jadi penginjilan adalah kegiatan memberitakan kabar baik. Sama seperti seorang hamba yang menyampaikan kabar baik tentang kemenangan di medan perang kepada seisi kota, demikian juga kabar baik tentang kemenangan Kristus menebus dosa-dosa kita harus diberitakan.
 
Dalam kekristenan, penginjilan bukanlah sebuah anjuran ataupun tawaran, yang bisa diterima ataupun ditolak. Namun, penginjilan adalah sebuah perintah. Setelah Yesus bangkit dari maut, Dia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sebagai penggenapan seluruh karyaNya di muka bumi ini, lahir, mati di kayu salib, dan bangkit mengalahkan maut. Dan sebelum Dia naik ke Surga, Tuhan Yesus menyampaikan sebuah perintah, yang kita kenal sebagai Amanat Agung;
 
18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20)

Amanat Agung ini sering dibicarakan di gereja, tetapi hanyalah sebatas dibicarakan. Panitia-panitia seminar mengeluarkan biaya mahal untuk menyelenggarakan seminar dan pelatihan penginjilan, namun hasilnya sangat minim, karena amanat ini hanya sebatas dibicarakan. Oleh karena itu, mari kita bukan hanya menjadi pendengar saja, namun kita mau menjadi pelaku Firman.


Keberhasilan pelaksanaan Amanat Agung ini bergantung pada efektifitas penginjilan yang kita jalankan. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penginjilan kita efektif (memberi dampak):
 
1.    Minta hati yang penuh belas kasihan dari Tuhan. 
Tanpa belas kasihan, mustahil seseorang bisa melakukan penginjilan dengan maksimal. Penginjilan yang hanya sebatas program gereja akan berujung pada kematian program itu sendiri. Meskipun saya setuju kalau gereja harus secara konsisten merancang program-program penginjilan yang kita sebut sebagai program penjangkauan. Wong, kita rencanakan dan persiapkan saja, hasilnya belum maksimal apalagi jika kita sama sekali tidak merencanakannya. Namun, semua program di gereja haruslah bermula dari hati yang penuh belas kasihan pada jiwa-jiwa yang terhilang, mereka yang dibelenggu oleh dosa.

2.    Minta hikmat dan tuntunan Roh Kudus

Setiap orang punya masa siap dituai-nya masing-masing. Orang lain mungkin sudah menabur Firman untuk hidupnya, tapi dia masih belum siap, atau ada orang lain juga yang sudah menyiram benih itu dalam hidupnya, namun ia belum siap. Kalau Roh Kudus menuntun kita untuk berbicara kepada seseorang berarti secara rohani, orang tersebut telah siap dituai. Jangan tunggu-tunggu lagi, keburu busuk. Minta hikmat Tuhan untuk memulai pembicaraan dengan dia.
Ketahuilah bahwa tidak ada yang namanya The Ultimate Method of Evangelism (Satu-satunya jurus jitu penginjilan). Penginjilan harus direncanakan secara matang dan unik dengan tuntunan Roh Kudus. Menginjili seorang bisa berbeda dengan menginjili orang lain karena setiap orang diciptakan Tuhan unik, berbeda satu dengan yang lain. Ada yang bisa diinjili hanya dengan perkataan, tetapi ada juga yang harus di-cover dengan kehangatan kasih sayang. Itulah sebabnya kita harus meminta tuntunan Roh Kudus dalam melakukannya.

3.    Temukan kebutuhannya.

Seringkali kita harus meminta tuntunan Roh Kudus untuk menyingkapkan apa yang menjadi kebutuhan orang yang mau kita injili, contoh: masalah keuangan, masalah keluarga, masalah pasangan hidup, dll. Kebutuhan mereka inilah yang akan menjadi pintu masuk Injil dalam hidup mereka. Itulah sebabnya penginjilan haruslah mendarat, harus menjawab kebutuhan. Setelah pintu hati dibukakan, selanjutnya silahkan sampaikan berita keselamatan. Jadi janganlah kita tergesa-gesa membombardir dia dengan ayat-ayat Firman. Bangunlah jembatan terlebih dahulu. Gunakan segenap potensi dan talenta kita untuk membangun jembatan tersebut. 

Sebagai contoh, seorang guru bisa membangun jembatannya melalui profesinya, seorang anak yang frustrasi menghadapi ujian, dia bisa menolong mereka dalam pelajaran sembari mendoakan mereka. Pada saat yang tepat, sang guru bisa menyampaikan bahwa ada seorang sahabat sehati yang juga bersedia menolong dia senantiasa, yaitu Yesus namaNya, dst.

4.    Penginjilan dilakukan sebagaimana kita membawa kabar baik. 

Asal kata penginjilan itu sendiri adalah kabar baik. Oleh karena itu, marilah kita menyampaikan Injil itu sebagaimana layaknya kita menyampaikan kabar baik. Penyampaiannya harus tercermin dari penuturan kata kita. Jangan kita sendiri merasa ragu ataupun takut.  Oleh karena itu, sebelum kita mengajak seseorang menerima keselamatan dari Kristus, kita sendiri sudah harus mengalami kuasa keselamatan itu terlebih dahulu. Janganlah kita menjadi calo tiket terminal, yang meneriakkan tiket-tiket, namun ia sendiri tidak naik ke dalam kereta atau pesawat.

Orang zaman sekarang lebih menghargai bukti, bukan janji. Orang kristen jangan hanya menawarkan janji-janji, tapi berikan kesaksian hidup, bahwa Tuhan sungguh hidup di dalam hidup kita.
10 Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:  "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. 11 Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,  dan oleh perkataan kesaksian mereka.  Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. 12 Karena itu bersukacitalah,  hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya,  celakalah kamu, hai bumi dan laut!  karena Iblis telah turun kepadamu,  dalam geramnya yang dahsyat,  karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."  (Wahyu 12:10-12)

5.    Fokus pada Isi

Penginjilan adalah tentang Injil itu sendiri, kabar baik itu sendiri, yakni
  • Semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan ALLAH
  • Upah yang akan diterima manusia karena dosanya adalah MAUT
  • Semua usaha manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri adalah SIA-SIA
  • Yesus mau mati di kayu salib untuk menebus dosa kita   

Jangan sampai penginjilan berisi tentang pelayanan kita jadi pemimpin pujian di gereja, tentang profil pendeta kita, profil PKS kita, fasilitas gereja kita, dll. Tetapi fokuslah pada isi Injil itu sendiri.

Bahkan saya berani berkata bahwa penginjilan, atau kabar baik itu, bukanlah tentang sebuah agama (bahkan agama Kristen sekalipun) sebagai sebuah ritual keagamaan. Seringkali penginjilan tidak berhasil karena penginjilan dilakukan sebagai kegiatan mengganti agama orang lain. Padahal penginjilan harus dilakukan sebagai kabar baik; ditengah-tengah keterpurukan dosa kita, ada seorang pribadi yang mau lahir ke dunia, mati diatas kayu salib dan menebus dosa-dosa kita supaya setiap kita yang mau menerimaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
 
Kalau kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, maka kita juga akan sungguh-sungguh melakukan apa yang menjadi isi hatiNya, yakni hati untuk jiwa-jiwa. Jangan takut ataupun gentar, Roh Kudus yang sama, yang mengubah murid-murid Yesus dari seorang pribadi yang patah semangat dan ketakutan menjadi murid yang radikal, berani mengabarkan Injil ke ujung bumi, Dia juga yang akan memampukan kita menyampaikan kabar baik kepada teman-teman kita. Bagian kita hanyalah taat dan setia.

No comments:

Post a Comment